
Kegiatan yang dikemas dalam Pesona Galuh Nagari tersebut
merupakan momentum memeringati sembilan tahun peresmian gong perdamaian di Kuta
Galuh Purba Karangkamulyan pada tanggal 9 September 2009, pukul 9.09 WIB.
Selain di Ciamis, gong dunia juga ada di beberapa tempat di Indonesia.
Gong perdamaian dunia yang berlokasi di Situs Budaya
Ciungwanara, Karangkamulyan yang meruakan bekas kerajaan Galuh Purba, merupakan
gagasan dari mantan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Anton Charliyan. Salah satu
alasan pemilihan lokasi tersebut terkait dengan kerajaan tersebut tidak pernah
terlibat perang, selalu mengutamakan perdamaian.
Damai berasal dari tatar sunda, tepatnya di Kuta Purba
Galuh. Gong perdamaian dunia di sini, karena tanah sunda. Dari sipi pula
generasi penerus dapat tetap menjaga perdamaian,” tutur Anton Charliyan, tokoh
Jawa barat yang juga pemrakarsa pendirian Gong Perdamaian Dunia di
Karangkamulyan. Lebih lanjut dia mengatakan membangun kekuatan dan kedamaian
merupakan kunci adanya perdamaian. Selain itu Anton juga menambahkan, dalam
tahun politik ini, berharap agar tidak sampai terpecah belah sesama anak
bangsa.
“Tidak boleh menghujat, saling menjelekkan itu bukan budaya
Indonesia, itu budaya asing. Jadi mari kembali pada jati diri budaya indonesia
yang cinta damai, apalagi sesama saudara dan sebangsa,” katanya.
Terpisah kepada Bidang Destinasi Dinas periwisata Ciamis
Budi kurnia mengatakan bahwa kegiatan Pesona Galuh Nagari merupakan momentum
yang cukup menarik . Kegiatan tersebut juga dapat menjadi agenda tahunan .
“Banyak hal yang dapat digali dari kegiatan ini, apalagi lokasinya juga sangat
spesial yakni Situs Budaya yang memiliki nilai sejarah sangat tinggi. Saya kira
apabila dikemas lebih baik, nantinya mampu mendongklrak pariwisata,” tuturnya.
Budi menambahkan dengan pengemasan yang lebih baik,
keberadaan Gong perdamaian Dunia dan Situs Budaya Ciungwanara Karangkamulyan
mampu menarik wisatawan domestik mapun wisatawan mancanegara. Terlebih lokasi
Karangkamulyan berada di jalur startegis yakni jalur utama lintas selatan,
sehingga mudah dijangkau.
“Kebesaran nama Galuh sudah tidak lagi diragukan. Saya kira
kegiatan ini juga sekaligus sebagai pengingat agar urang sunda tidak melupakan
asal usul dan jati diri kesundaannya. Kegiatan ini juga potensial dikembangkan
lebih baik, sehingga menjadi daya tarik wisata,” kata Budi.* Dadang R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar